Dosen STAIMA Al-Hikam Terpilih Jadi Presenter pada International Symposium on Innovative Masjid 2024 di Solo

STAIMA - Dr. Siti Mutholingah, M.Pd.I, salah satu dosen STAI Ma’had
Aly Al-Hikam Malang, berhasil terpilih menjadi salah satu dari 54 presenter
terpilih pada International Symposium on Innovative Masjid (ISIM) 2024 yang
bertema “Eco-Friendly Mosque: Climate Change and Future Generation.”
Simposium tersebut diselenggarakan oleh Dirjen Bimas Islam
Kementerian Agama RI bekerjasama dengan Masjid Istiqlal dan Masjid Syekh Zayed
Solo yang berlangsung di Hotel Swiss-Belhotel dan Masjid Syekh Zayed Solo, Jawa
Tengah, pada Selasa,(1-3/10).
Simposium ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
akan pentingnya peran agama dan tokoh keagamaan dalam menjaga kelestarian
lingkungan dan menghadapi ancaman perubahan iklim global. Dalam hal ini, masjid
dipandang sebagai salah satu pilar penting yang dapat mendukung pelestarian
lingkungan hidup, baik melalui inovasi teoritis maupun praktik.
Dr. Siti Mutholingah, yang juga ibu dari lima orang putra,
berkesempatan menyampaikan papernya yang berjudul “Collaborative Role of
Mosque Ta’mir with Family Empowerment and Welfare in Handling Household Waste
Especially for Woman and Children around Baitul Ghoni Mosque in Malang City.”
Dalam penelitian ini, ia memperkenalkan collaborative-preventive-curative
model sebagai solusi inovatif dalam menangani sampah rumah tangga seperti
pembalut dan popok bayi sekali pakai, dengan melibatkan peran ta’mir masjid
sebagai pendidik Islami serta PKK sebagai aktor sosial.
Selain itu, Dr. Siti Mutholingah, yang juga menjabat sebagai
Sekretaris P3M di STAIMA Al-Hikam, berharap kegiatan ini dapat mengedukasi
masyarakat, khususnya perempuan, tentang pentingnya menjaga lingkungan, dimulai
dari masjid.
"Masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat
pendidikan dan pelestarian alam, karena menjaga bumi adalah bagian dari amanah
yang diemban manusia,” ungkap Dr. Siti.
Penelitian yang dilakukan Dr. Siti menemukan bahwa sampah pembalut
dan popok bayi menjadi penyumbang utama polusi air dan tanah di Indonesia.
Melalui kolaborasi yang ia gagas, model ini diharapkan dapat menjadi role
model bagi masjid-masjid lain di Indonesia dalam mewujudkan lingkungan yang
lebih bersih dan sehat.
Ia berharap, dengan terlibatnya para perempuan dalam edukasi
lingkungan berbasis masjid, keberlanjutan program masjid ramah lingkungan dapat
terus berkembang.
"Setiap langkah kecil menuju perbaikan lingkungan adalah
langkah besar menuju masa depan yang lebih baik." tandasnya
Simposium ini juga bertujuan mengembangkan inovasi dalam
pengembangan masjid ramah lingkungan dari berbagai perspektif, termasuk
perspektif multiagama dan internasional, serta menyusun model masjid masa depan
yang mendukung pelestarian lingkungan secara menyeluruh.
Kehadiran
Dr. Siti Mutholingah di ajang internasional ini tidak hanya mengharumkan nama
STAIMA Al-Hikam, tetapi juga menunjukkan bahwa upaya pengelolaan lingkungan
melalui masjid dapat dimulai dari tindakan kecil yang berdampak besar.